Rabu, April 15, 2009

HARI KARTINI

Seingat saya, rasanya sudah berpuluh puluh tahun tidak merayakan hari kartini, yang ada tinggal di ingatan saya adalah ketika saya SD merayakannya dengan memakai baju nasional dan didandanin habis habisan sama ibu saya, karena nampaknya ibu saya bersaing dengan teman temannya untuk urusan yang satu ini. Dan dulu saya sering sekali bermuka sebal jika didandanin, pakai make up, pakai kebaya. Tapi itu dulu.. kalau sekarang sih sudah bertransformasi jadi banci tampi of the year hehhhe....

Nah beberapa hari ini saya benar benar terhentak luar biasa. Beberapa undangan untuk sebagai pembicara di hari kartini di berbagai tempat di Indonesia sudah saya terima. Kaget sekali... enggak salah??? hari kartini???? dan saya sebagai key note speaker???? Saya lalu berpikir keras... apa sih yang sedang terjadi dalam diri saya, sedang terjadi terhadap yang ada di sekeliling saya??? Saya bertanya dalam diri saya, apa pantas saya jadi pembicara di depan sekian banyak orang di hari yang sangat dihormati para perempuan se indonesia? Apa pantas saya berbicara depan mereka? dan apa yang mau saya bicarakan ke mereka??? Apa bisa mereka mendapatkan sesuai dengan yang mereka harapkan??? mengingat mendatangkan saya dari Jambi kan juga tidak murah, heheheh... Bingung sungguh bingung.. gundah sungguh gundah.

Balik ke ibu kartini...

Rasanya semua yang ada dalam diri saya, jauh dari karakter ibu kartini, saya bukan perempuan yang halus budi bahasa, bukan perempuan yang nrimo, bukan perempuan yang patuh pada orang tua dan suami. Saya bukan lah teladan yang baik seperti ibu kartini. Tapi saya suka sekali dengan sikap pantang menyerah ditengah keterbatasan yang ada dalam ibu kartini. Saya juga bukan orang yang gampang menyerah... kalau saya punya mau, harus kesampaian, harus kejadian. Sudah banyak sekali yang bilang saya sangat keras kepala dan jiwa pemberontak dalam diri saya memang dari dulu sering tidak dapat diredam.

Saya sering tidak bisa terima, jika melihat perempuan Indonesia tidak diperlakukan dengan hormat, dijadikan koleksi istri istri orang kaya, terutama di sinetron Indonesia, yang justru penggemar terbanyaknya, perempuan Indonesia. Saya tidak bisa menerima segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga, baik yang bentuknya kekerasan fisik, kekerasan mental dan kekerasan kata-kata. Memang saya sadar, tidak semua perempuan Indonesia bisa dalam posisi mandiri, baik kemandirian secara finansial maupun kemandirian untuk hidup sendiri tanpa bergantung terhadap siapapun kecuali bergantung pada kemampuannya sendiri dan otaknya, untuk memperjuangkan haknya, melindungi harga dirinya.

Seperti yang saya pernah bilang, setelah saya dikenal publik, saya justru malah sering menjadi tempat curhat teman teman di dunia maya. Cerita mereka sering membuat saya menitikkan airmata, melihat perempuan Indonesia, yang mestinya bisa memaksimalkan potensi dirinya masing masing, terkukung dalam kehidupan yang membuatnya tidak hanya tidak bahagia, tetapi jadi lumpuh karena tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Saya ingin sekali membantu mereka, tapi tidak bisa berbuat apa apa kecuali menjadi inspirasi bagi mereka.

Balik ke hari Kartini...

Perayaan hari Kartini yang moderen sebaiknya bukan lagi menjadi pesta kostum, tapi sebaiknya menjadi hari dimana kita, perempuan Indonesia, saling mendukung, saling membantu sesama perempuan Indonesia dengan kemampuannya masing masing, agar perempuan Indonesia bisa merdeka, dalam arti bisa bahagia dengan apapun pilihan hidup mereka, bisa memaksimalkan semua potensi diri yang diberikan Tuhan kepada setiap perempuan Indonesia, menjadi pribadi yang mandiri, secara mental dan finansial.

PEREMPUAN INDONESIA, ADALAH PEREMPUAN YANG HEBAT, DAN SAYA BANGGA JADI PEREMPUAN INDONESIA.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

miss...kalau misalnya mo ngundang miss jadi pembicara mintanya brapa(^_^)