Mungkin benar ya... tulisan aku terlalu provokatif... tapi seperti saya bilang... PEREMPUAN DAN IBU BERHAK DAN WAJIB MELINDUNGI ANAK, SUAMI DAN KELUARGA dari virus - virus gaya hidup yang gak jelas ini.... dan kewajiban saya untuk MENGHIMBAU PEREMPUAN DAN IBU... karena saya PEREMPUAN dan IBU...
belum selesai tuh congque2 ngebully gue... dah langsung kejadian kan.... korbannya anak kecil yang tak berdosa... dan bahkan pemerintah india sudah mengakui mereka sebagai gender ke 3....
sudah terbayar harga kerja keras ku menulis dan berdiri dengan kepala tegak...
ini ni... tulisan yang kemarin habis2an dibully...
TARGET MARKET BARU : GENDER KE 3
Sejujurnya, saya bukan anti gay tapi juga tidak pernah menyetujuinya, malah saya suka jengkel sama mereka. Tuhan itu menciptakan segala sesuatunya untuk saling melengkapi dan saling membahagiakan dalam mengarungi kehidupan, eh bisa-bisanya mahluk yang satu ini, malah justru sibuk asik saling main pedang-pedangan, padahal kan mestinya nih, skenarionya yang dari Atas itu kan , dengan pedangnya mereka main perang-perangan sama kita. Sudah jumlah perempuan semakin hari semakin banyak, eh laki-lakinya malah sibuk dengan preferensi baru. Semakin tidak kebagian deh kita. Celakanya ni, yang tertular itu justru banyak yang terpelajar, ganteng dan punya karir yang bagus. Yang tersisa itu banyakan yang tidak bermutu, tidak bermodal ( modalnya hanya yang satu itu yang digandang-gadang ) dan penjahat kelamin pulak…. Ini curhat dari hati yang paling dalam loh...
Anyway, di sini saya tidak bermaksud membahas urusan saya yang sampai hari ini tidak kebagian, hehehee… bahasan hari ini , adalah perkembangan dunia ritel global yang mulai menerima target market baru, yaitu gender ke 3 tadi, GAY. Harus dibedakan Antara Gay sebagai preferensi seksual dan Gay sebagai gaya hidup. Saya malah melihatnya sekarang lebih kuat sebagai gaya hidup.
Yang harus dipersalahkan, sekali lagi, adalah media televisi yang semakin hari semakin menonjolkan peran kaum ini, bahkan sering tanpa filter sama sekali. Akibatnya, banyak yang salah persepsi, banyak yang melihat ini sebagai gaya hidup yang baru yang lebih memudahkan mencari uang jika masuk ke kalangan ini, bahkan beberapa profesi seakan terlegitimasi menjadi milik kaum ini. Tanpa disadari akhirnya banyak orang yang normal pun jadi tertular preferensi ini setelah sebelumnya tertular gaya hidupnya terlebih dahulu.Hal yang sering terjadi, seorang ’’ public figure ‘’yang tadinya semua orang tahunya dia normal, dia straight, eh, sekarang malah bahasa tubuh nyajadi ‘’ngondek banget’’ dan penampilannya oh so gay banget. Akhir akhir ini dia sering terlihat ‘’gentayangan’’ sendirian di mal dengan mengenakan celana jeans warna peach dan blus warna kuning . Jelas laki-laki normal tidak akan berpenampilan seperti itu. Padahal dia masih beristri loh, dan juga seorang selebriti. Saya sering berpikir, bagaimana cara dia keluar rumah dengan penampilan seperti itu, sementara dia masih beristri.
Karena semakin sering dan semakin kencang ekspose yang diberikan media terhadap kaum ini, bukan saja di Indonesia, tapi juga di banyak negara di dunia, membuat eksistensi kaum ini semakin kuat sehingga mereka semakin berani tampil mengakui eksistensi mereka. Eksistensi mereka ini yang memperlihatkan simbol simbol tertentu dan signature style tertentu untuk saling menandakan satu sama lain, kadang hanya kaum mereka yang tahu, dan banyak yang sudah menjadi rahasia umum. Banyak dari mereka malah yang terlihat usaha banget untuk memperlihatkan jati diri baru mereka , bahwa mereka bukan lagi pria dengan preferensi lawan jenis. Untuk itu mereka membutuhkan ‘’signature style’’ yang baru, ‘’baju baru’’. Kebutuhan mereka pun jadi lebih banyak dan lebih meriah dari kaum pria normal lainnya. Kaum ini juga dikenal lebih konsumtif dan lebih berani tampil dibanding pria normal.
Prilaku dan gaya hidup seperti ini yang sepertinya mewabah, segera disikapi pelaku bisnis , pemilik brand-brand. Berbeda dengan di Thailand yang sudah menerima kaum ini sebagai gender ke 3 dalam kehidupan mereka sehari-hari, mungkin di Indonesia belum terlalu terlihat, walau di Jakarta sudah mulai terlihat butik butik internasional dan lokal yang memajang barang-barang yang dianggap menjadi simbol atau signature style mereka.
Jika kita melintas di depan etalase sebuah butik, mungkin dahi kita sering mengernyit melihat model sepatu pria, tapi warnanya lebih merah dari lampu merah dipinggir jalan, berpaku-paku pulak dan ada heelsnya... jelas pria yang ‘’straight’’ bukan target marketnya. Atau anda melihat tas cowok yang bentuknya lebih mirip tote bag perempuan dari seorang perancang terkenal tapi ada gambar tengkoraknya, jelas itu bukan barang yang bisa dibelikan untuk pacar anda di hari valentine, karena itu signature style nya kaum gay... salah-salah, pacar anda bisa digoda kaum ini.
Hari gini, jangan heran jika anda sama-sama kaum ini mencoba lipstick atau lipgloss terbaru digerai kosmetik kesayangan anda, andanya risih, merekanya mah biasa-biasa saja, lempeng-lempeng saja. Malah genitan mereka dari kita dan mereka lebih berani ‘’complain’’ dari kita. Jangan sedih juga jika anda duduk antri panjang di bangku yang sama di dokter kulit dengan kaum ini, dan mereka jauh lebih mulus dari kita, kadang sejujurnya kita bisa minder jika duduk bersebelahan dengan mereka. Pernah beberapa kali saya antri di bank, antrian yang panjang dan lama, eh mahluk ciptaan Tuhan yang satu ini, yang berdiri antri di depan saya, memakai tas Hermes yang saya tidak punya, memakai blus sutra warna kuning stabilo dengan bordir hitam , ikat pinggang hermes dan sepatu loubi, modelnya sih sepatu cowok, tapi warna nya itu loh, kuning stabilo ( dan saya tahu banget kalau itu brand Perancis yang mahal banget )... Rambutnya, rasanya gadis sunsilk pun kalah...
Jangan ’’ pengsan’’ jika hari gini tiba-tiba anda melihat pria , yang jelas-jelas ‘’looknya’’ pria banget, tapi memakai sepatu flatties atau sepatu ballerina atau memakai wedges menyala. Jangan salahkan mulut anda, kalau anda tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak mencelanya. Tapi itu kenyataan. Jika anda masuk ke butik sepatu ternama kelas dunia, lalu anda melihat sepatu-sepatu yang bentuknya membuat anda ‘’speechless’’ , jelas itu bukan buat pacar anda... jika anda nekad tetap memberikannya, bisa jadi dia akan marah, tersinggung dan tidak akan memakainya karena bakalan di ‘’bully’’ sama teman-temannya. Anda perlu curiga jika dia menerimanya dengan senang hati dan mengenakannya kemana-mana, mungkin dia sedang dalam tahap sedang terkontaminasi virus gaya hidup yang satu ini. Semakin hari semakin banyak produk-produk fashion seperti dompet , dasi, dan berbagai aksesoris yang memang secara sengaja diciptakan untuk mereka, karena mereka adalah pangsa pasarnya yang potensial. Buat kaum ini, harga sepertinya tidak masalah, gengsi dan eksistensi jati diri baru di atas segalanya.
Adalah biasa bagi mereka, terlihat manicure dan pedicure sambil hair spa di salon ternama secara rutin. Jangan heran juga dan jangan juga terlihat kepo , mendengar bahasa planet mereka saat mereka ngerumpi. Anda masih normal jika anda tidak mengerti bahasa atau idiom-idiom yang mereka gunakan dan jika anda minder karena mereka jauh lebih terawat dari kita, karena bukan kita yang salah, tapi merekanya yang keterlaluan, hehheee...
Gaya hidup ini juga disikapi bukan hanya usaha ritel fashion, tapi juga gaya hidup lainnya, seperti salon dan spa, cafe, club, night club dan lounge, walau belum terang-terangan seperti di luar negeri, namun ada beberapa spot-spot tertentu yang jadi ‘’milik’’ mereka. Perempuan dilarang masuk tapi pria normal diterima dengan senang hati. Pria normal jangan coba-coba masuk ke sana, kalau tidak mau di ‘’makeover’’... Anda harus ketat mengawasi pacar anda, karena sekarang saingan anda yang paling berbahaya bukan lagi perempuan atau ayam kampung , tapi justru kaum ini. Ada yang bilang, sekali kena, mereka akan susah untuk kembali lagi kecuali tangan Tuhan yang mengembalikannya.
Mungkin di Indonesia belum seperti di Paris atau Milan , kaum ini punya toko buku sendiri, toko pakaian dalam atau sex shop khusus untuk kaum mereka. Di luar negeri, kaum ini adalah bisnis... pangsa pasar yang ’’ pemainnya ‘’ belum terlalu banyak,tapi jelas ada market yang untuk digarap secara serius. Saya percaya, cepat atau lambat, hal ini pasti akan terjadi di Indonesia, atau malah sudah ? walau belum terang-terangan ?
Dalam dunia bisnis, sebuah brand tidak lagi bisa menentukan apa yang akan ditawarkan, tapi market yang akan menentukan dan brand itu akan menjadi milik market itu sendiri. Makanya tidak usah heran jika di Milan atau di Paris sudah ada brand-brand yang dilegitimasi jadi simbol kaum ini. Sekarang sih kita yang straight hanya bisa menonton dari jauh, eh salah… dari dekat. Bukankah… Gay is woman best friend forever ?
Love
Miss Jinjing
PS:
AKU GAK TAKUT ANCAMAN DEMO...
AKU GAK TAKUT ANCAMAN SOMASI...
TAPI AKU TAKUT ANCAMAN MASA DEPAN ANAK-ANAK KU dan MASA DEPAN BANGSA KU