Senin, Desember 07, 2009
SUSAHNYA JADI PEREMPUAN
Belum lama ini, sahabat saya mengalami masalah dalam rumah tangga. Saya sih percaya, setiap rumah tangga pasti ada masalahnya, atau paling tidak, pernah bermasalah dalam rumah tangganya. Saya juga tidak luput dari masalah tersebut. Berat, iya, bikin stress, iya, bikin berat badan turun ? rasanya bab yang satu ini tidak berlaku dalam hidup saya.
Berhubung saya ini sekarang shoulder to cry on dari banyak sahabat sahabat saya, jadi saya banyak tahu masalah masalah mereka. Rumah tangga modern, permasalahannya tidak jauh dari perselingkuhan dan finansial. Yang saya lihat nih, biasanya ke dua hal ini bisa jadi sangat berkaitan. Saya tidak akan menyalahkan atau berpihak pada satu pihak, Saya selalu percaya, di setiap kegagalan pasti ke dua belah pihak ada kontribusinya, kecuali memang ada yang benar benar gila secara klinis di antara mereka.
Saya, seperti juga sahabat saya selama 20 tahun terakhir ini, adalah anak anak 90an yang dibesarkan dari lahir sampai besar dalam keadaan senang, tanpa kekurangan apapun. Tuhan memang baik sama saya, begitu juga dengan sahabat saya yang anak seorang perwira tinggi.
Pada masa keemasan ekonomi indonesia awal 90an, kami selalu mendapatkan apa yang kami mau. Kami juga melihat role model rumah tangga yang hampir sama pada masa itu. Ayah bekerja keras mencari nafkah untuk sebuah kehidupan yang mapan, ibu sebagai full time mom yang tidak pernah pusing memikirkan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Ayah saya selalu bertanggung jawab memenuhi kebutuhan rumah tangga dan selalu menyenangkan hati ibu saya.
Rumah tangga jaman dulu, memang juga tidak luput dari masalah, ada juga kok cerita perselingkuhan, baik perselingkuhan seks maupun perselingkuhan finansial, namun cerita zaman orang tua saya, rasanya sangat berbeda dan tidak sekompleks cerita saya dan teman teman saya sekarang.
Kalau dulu kalau selingkuh sembunyi sembunyi, cerita perselingkuhan ditutupi. Kalau sekarang malah terbalik, selingkuh cuek aja, punya hubungan dengan lakor ( laki orang ) malah bangga. Alasan perbaikan ekonomi memang alasan yang tepat untuk seorang selingkuhan yang ngembat laki orang, tapi itu dulu, sekarang ada alasan yang lebih canggih. Seorang perempuan selingkuhan yang sempat saya tanya, kenapa dia bertahan jadi selingkuhan, alasannya…. Ngapain nikah sama laki orang, kalau jadi selingkuhan saja bisa eksis. Gubrakkkkk… saya langsung nyaris pingsan. Apa sih maksudnya jadi selingkuhan yang eksis ? apa zaman edan seperti sekarang jadi selingkuhan yang eksis ? bukan istri sah ? Atau jangan jangan memang lebih enak jadi selingkuhan ? tidak aja tanggung jawab moral, tidak ada kewajiban domestik mengurus rumah tangga ? tidak ada kewajiban menjadi menjadi ibu yang melahirkan, merawat dan membesarkan, menjadi pembantu, masakin masakan buat anak dan suami, bersih bersih rumah ? , menjadi pelacur di ranjang tiap malam buat suami ? Gawdddd, jangan jangan karena ini, banyak perempuan muda yang lebih senang jadi selingkuhan pria beristri yang lebih mapan finansial, lebih ahli di ranjang dan lebih royal ? Pantas saja, anak muda zaman sekarang banyak sekali yang enggan menikah, kalau gaya hidup begitu bebas tanpa ikatan dan tanpa tanggung jawab.
Seorang sahabat bercerita, teman sekantornya yang berselingkuh dengan bosnya yang tajir melintir keplintir, cerita, bahwa dia berselingkuh hanya untuk bersenang senang, makan siang di tempat mewah, ngopi, jadi Miss Jinjing shopping sana dan sini, dan untuk SEX HEBAT. Perempuan cantik itu sama sekali tidak berniat menghancurkan perkawinannya dan perkawinan sang bos dengan istrinya yang sosialista alias gak minta dikawinin.
Saya selalu bilang sama sahabat sahabat saya, sebagai perempuan di zaman yang sudah gila seperti sekarang, kita tidak bisa dan jangan berharap memiliki role model perkawinan seperti zaman orang tua kita dulu.
Zaman sudah begitu berubah nya, hidup berumah tangga secara finansial, sekarang jauh lebih berat dari dulu. Rasanya sudah tidak mungkin lagi ditopang sendiri, suami dan istri harus bekerja keras bersama sama membangun dan bekerja keras memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tapi saya benar benar tidak suka sama laki laki yang jadi pemalas atau belagak bego atau tidak peduli sama kebutuhan rumah tangga, jika tahu istrinya bisa cari uang. Karena ada kecenderungan juga sama laki laki sekarang, kalau cari istri , maunya yang kerja, kalau perlu kaya dan jago cari duit, makanya gak usah heran, kalau janda lebih laku dari perawan ting ting, apalagi kalau janda kaya.
Di zaman modern ini, harus kayak kucing, harus punya tujuh nyawa dan delapan jantung sekuat baja, menghadapi cobaan, godaan dari tanaman liar, benalu dan ayam kampung yang berpotensi merusak rumah tangga orang. Saya berterima kasih sama ayah saya, yang sejak saya kecil, sudah mempersiapkan diri saya, agar menjadi perempuan yang tangguh, yang kuat dan yang cerdas.
Ayah saya, 30 tahun yang lalu sudah bilang, dia mempersiapkan saya dengan bekal pendidikan yang cukup, bekal moral dan pendidikan agama yang baik, jadi jika suatu saat nasib saya tidak baik, saya tetap bisa berdiri di atas kaki sendiri, bermartabat dan tidak diinjek injek oleh laki laki.
Saat hendak menikah, ayah saya selalu bilang, agar saya tetap punya pendapatan sendiri, walau itu sedikit atau banyak, supaya saya tetap bisa memiliki rasa kemandirian, dan tidak bergantung hidup sepenuhnya pada suami. Kita tidak pernah tahu apa yang bisa terjadi di masa yang akan datang. Makanya, sejak saya menikah, saya selalu punya pendapatan sendiri, kecil memang, dari jual baju, sepatu bahkan jual sayur atau main saham. Jadi kalau saya mau bela beli, suami jadi gak bisa marah, paling paling pasang muka bete aja dia...
Teman...
Hidup ini sudah sulit...
Jadi jangan dibikin makin sulit ya, jangan main api, nanti terbakar, pemadam kebakaran di Indonesia kan seperti biasanya selalu telat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
Ya ampun ami, segitu ya moral temen2 perempuan kita, saya mengharap statistiknya ada didaerah pinggir kiri di curva bell ya, dan bisa dijaga gak ya jangan maju ke tengah? menurut ami, apa itu bener2 jelek atau kita mala mendapatkan keuntungan dari gila belanja perempuan2 ini ( soalnya saya kan pebisnis) s
aya tunggu komen ami
tati n
Ya ampun ami, segitu ya moral temen2 perempuan kita, saya mengharap statistiknya ada didaerah pinggir kiri di curva bell ya, dan bisa dijaga gak ya jangan maju ke tengah? menurut ami, apa itu bener2 jelek atau kita mala mendapatkan keuntungan dari gila belanja perempuan2 ini ( soalnya saya kan pebisnis) s
aya tunggu komen ami
tati n
arusnya memang lagi begitu...fenomena yang menarik buat di cermati..trims ami..
Ah .. pilihan analoginya di paragraf terakhir sangat cerdas buu..
Posting Komentar