PENCAPAIAN HIDUP, SEBUAH RENUNGAN
Kemarin semua media elektronik memberitakan kepergian Bapak Taufik Kiemas… Saya memang tidak kenal secara pribadi dengan beliau dan saya rasa , saya tidak berhak berkomentar apapun tentang beliau. Berhubung kemarin saya seharian di rumah, saya langsung merenung…
Umur manusia itu sungguh tak lebih dari kedipan mata, disbanding usia bumi , apalagi usia jagat raya. Hidup hanya sebentar… bisa mencapai 70 tahun, adalah suatu pencapaian yang luar biasa… Opung saya meninggal 80 tahun lebih… tapi sahabat saya meninggal saat cabut gigi, dan saat itu dia usia dia 35 tahun dan dia lagi cantik –cantiknya… gone too soon…
Ketika kita meninggal, kita tidak dipertanyakan berapa harta yang kita tinggal, berapa uang kita di bank, berapa rumah kita… tapi pasti yang dibicarakan adalah apa yang sudah kita kontribusikan untuk lingkungan sekitar, yang terdekat dari kita, dan jika kita diberi kesempatan, apa yang yang sudah kita kontribusikan untuk bangsa yang besar ini… Itu yang saya lihat dari akhir kisah hidup Pak TK.
Harimau mati meninggalkan belangnya, manusia mati meninggalkan pengabdiannya… pengabdian untuk keluarga, untuk lingkungan dan untuk bangsanya… Herannya, tadi saat saya wawancara di MNC NEWS live, saya juga ditanya apa yang belum tercapai dan ingin saya capai dalam hidup ini… kebetulan banget kan…
HIdup saya sungguh jauh dari sempurna, tapi indah. Saking indahnya, sampai rasanya saya tidak lagi berani meminta terlalu banyak sama Yang Punya Kerajaan di Surga… Saya hanya ingin diizinkan menulis sampai akhir hayat saya… diizinkan masih ada yang membaca karya saya dan jika waktunya sudah habis, dan tidak lagi diizinkan menulis, rasanya saya lebih baik dipulangkan saja ke surga….
Saya tidak muluk-muluk bisa berkontribusi besar untuk negara yang besar ini… apalagi untuk dunia… saya hanya ingin, saya bisa membantu generasi muda, anak-anak, yang punya bakat dan minat menulis, agar mereka bisa terus bersemangat menulis, berkarya dan ada wadah untuk memperlihatkan karya-karyanya…
Di luar sana, ada banyak sekali anak-anak yang berbakat menulis , bisa menulis dengan baik secara teknis… tapi mereka tidak terlalu beruntung mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan karyanya ke publik. Saya sudah menulis dari SD dan baru berkesempatan berkarya dan diterbitkan saat usia saya, 36 tahun, sebenarnya dan sepertinya sudah agak terlambat dan ketuaan untuk berkarya… karena memang kesempatannya baru ada saat usia saya sudah segitu… untungnya saya bernasib baik dan tulisan saya diterima publik dan pasar, bahkan jadi sekoci penyelamat kehidupan saya…
Saya ingin agar anak-anak Indonesia yang berbakat dan berminta menulis, memiliki kesempatan dan nasib yang jauh lebih baik dari saya sekarang, karena memang industri penerbitan di Indonesia juga industry yang sangat kompetitif dan sangat kejam… you can be on and off radar faster than your eyes blinking… Dan saya sangat berharap, mereka bisa siap memasuki industri ini dan siap bersaing dan bertahan di dalamnya…
Saya sering ditanya, apakah saya tidak takut akan ada saingan – saingan baru yang lebih agresif… jawab saya… tidak… saya tidak takut … dunia menulis itu buat saya seni… tidak akan ada persaingan yang brutal, karena setiap tulisan punya finger printsnya sendiri, Picasso tidak pernah bersaing dengan Miro, dengan Goya, atau Degas, atau Rembrandt atau Van Gogh… kalaupun akan ada banyak penulis-penulis baru yang lahir… itu berarti sebuah keberhasilan buat saya sendiri…
Makanya saya semangat banget waktu diminta Books and Beyond mempelopori serial kontes travel essay… dan hasilnya sungguh di luar dugaan saya… diluar sana, ada banyak sekali bakat-bakat terpendam…saya rela tidak tidur 2 malam membaca semua naskah yang masuk dan saya amat sangat terhibur dan terkesan sekali dengan semuanya. Semoga suatu hari nanti, saat waktu saya sudah berakhir… ada banyak penulis-penulis muda Indonesia yang bisa mendunia…
Semoga ya…
Love
Miss Jinjing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar