Sebagai shoppers berat, saya suka sekali ke pasar tradisional, malah saking pahamnya urusan pasar... teman-teman saya menyebut saya ''RATU PASAR''.Dari kecil saya sudah senang pergi ke pasar bersama pembantu ibu saya yang sudah sepuh, bik yem. Saya hapal jadwal dia kepasar dan rela bangun pagi sekali agar dapat menemaninya ke pasar..., biasanya sih ke pasar Mayestik atau pasar kebayoran lama.
Udara subuh itu enak sekali karena masih bersih.Saya senang sekali mencium bau sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar. Saya senang melihat ikan segar yang masih hidup dijual orang di pasar, namun tidak suka bau los ikan. Saya juga paling takut ke los daging, apa lagi jika melihat daging kerbau utuh digantung dan darahnya bercecer hingga ke lantai... Namun secara keseluruhan, saya menikmati betul pergi ke pasar bersama bik yem.
Sampai sekarang, jika saya mengunjungi suatu negara atau daerah manapun, saya selalu menyempatkan diri melihat pasar tradisionalnya.Jika mau melihat bentuk asli suatu daerah, lihatlah pasar tradisionalnya. Maraknya hipermarket dan pembangunan suatu daerah membuat ada beberapa pasar yang hilang atau paling tidak mengubah wajah pasar itu sendiri. Pasar Kebayoran Lama yang asli sudah lama hilang karena sudah jadi jalan arteri keb.lama., pasar tradisional blok m sudah jadi mall, pasar blok s... Pasar Mayestik juga sudah berubah sekali, karena sebagian besar sudah jadi toko tekstil.
Kalau mau melihat pasar tradisional yang asli, lihatlah pasar Angso Duo di Jambi, pasar 16 ilir dan pasar Cinde di Palembang, pasar Sambas, Pajak Sore Padang Bulan, Pasar Baru Belakang di Medan, pasar Atas di Bukit Tinggi, dll. Saya sangat menyayangkan dept pariwisata dan pemda tidak bekerjasama untuk mengembangkan pasar-pasar tradisional tsb menjadi obyek wisata. Indonesia seharusnya mencontoh pemerintah Thailand yang berhasil mengemas pasar tradisonalnya menjadi obyek pariwisata, misalnya pasar di CHAO PRAYA, CHATUCAK, pasar mengapung THALINGCAN, DAMNOEN SADUAK. Padahal saya lihat sendiri, pasar-pasar tradisional di Indonesia tidak kalah menarik dari pasar-pasar di Thailand, barang dagangannya puntidak jauh berbeda. Pasar-pasar di Thailand juga tidak lebih bersih dari pasar di Padang, Payakumbuh dan Bukittinggi ( yang menurut saya pasar paling bersih di Indonesia ).
Sebagai pasar tradisional, menurut saya pasar di Bukittinggi dan Payakumbuh bersih sekali. Karena daerah dingin dan sentra penghasil dan penjualan sayur-sayuran terbesar di propinsi Sumatera Barat, sayur-sayuran yang dijual disana sangat segar dan murah. Wortel, kembang kol, daun bawang, seledri, brokoli dan sawi dari padang luar adalah kualitas terbaik di Indonesia.
Pasar di Curup, Bengkulu juga menarik untuk dilihat. Pasar di pusat kota buka setiap hari, namun pasar di Curup Atas buka sekali seminggu. Yang menarik dari pasar ini, karena penjualnya adalah para petani sendiri, sehingga sangat segar dan sangat murah. Interaksi penduduk di pasar ini juga sangat menarik untuk dilihat. Daerah Curup Atas menghasilkan selada air terbaik di Indonesia. Tanaman ini hanya hidup di aliran air yang sangat bersih dan jernih ( hanya terdapat di gunung Kabah, Bengkulu, gunung kerinci, Jambi, Berastagi, Sumut ), dan setelah tanaman yang harum sekali ini jika diambil dari air umurnya juga sangat pendek. Di Curup juga saya baru tahu ada tanaman Baung, sejenis Jengkol, lebih kecil dari Jengkol dan bewarna ungu tua.. katanya yang doyan lebih enak namun baunya lebih menyengat dari Jengkol.
Pasar Angso Duo di Jambi yang berada di tepi sungai Batanghari menjual kunyit, ikan patin dan ikan mas terbaik di Indonesia. Kunyit asal Jambi disebut orang, Kunyit Kumpei, ukurannya lebih besar dari kunyit biasa, berwarna orange terang dan katanya untuk makanan lebih enak. Ikan patin yang dijual di sini sangat segar dan tersedia dengan segala ukuran. Ikan Mas jambi katanya juga paling enak, karena tidak ada bau lumpurnya sama sekali. Di Jambi saya juga melihat orang menjual tanaman pakis hutan untuk di makan, katanya sih ditumis enak sekali, cuma harus bisa mengolahnya, karena tanaman ini sangat bergetah.
Pasar-pasar di Jawa juga masih menarik untuk dilihat. Saya sangat menyayangkan pasar turi di Surabaya yang terbakar. Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Jati Ngaleh di Semarang, Pasar Induk Caringin, Bandung,Pasar Beringharjo di Jogjakarta,dll. juga menarik untuk dilihat dan dijadikan alternatif untuk berjalan-jalan.
Pasar di Menado juga tidak kalah menarik, karena apa yang dijual sedikit berbeda dari pasar-pasar di Jawa dan Sumatera. Mungkin disebabkan kebiasaan makan mereka yang juga sedikit berbeda. Pasar Bersehati dan Pasar Pinasungkulan Karombasan menjual daging tikus untuk dimakan, anak tikus untuk kesehatan, kelelawar, anjing, musang dll...sangat menarik untuk dilihat.
Pasar Lama, Batu Merah, Mardika, Pasar Kaget Batu Meja, di Ambon juga menarik untuk dijelajahi.Kalau di Ambon, saya senang melihat ikan-ikan yang dipajang di pasar. Ada berbagai macam jenis yang saya tidak pernah lihat dan makan. Saya pernah melihat orang menjual daging ikan hiu dan daging lumba-lumba di Ambon.... hihhhhhhhhhh
Banyak sekali pasar di Indonesia yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu di artikel ini. Percaya deh... asyik juga kok... jalan-jalan ke pasar tradisional di Indonesia.....
I love Indonesia
Udara subuh itu enak sekali karena masih bersih.Saya senang sekali mencium bau sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar. Saya senang melihat ikan segar yang masih hidup dijual orang di pasar, namun tidak suka bau los ikan. Saya juga paling takut ke los daging, apa lagi jika melihat daging kerbau utuh digantung dan darahnya bercecer hingga ke lantai... Namun secara keseluruhan, saya menikmati betul pergi ke pasar bersama bik yem.
Sampai sekarang, jika saya mengunjungi suatu negara atau daerah manapun, saya selalu menyempatkan diri melihat pasar tradisionalnya.Jika mau melihat bentuk asli suatu daerah, lihatlah pasar tradisionalnya. Maraknya hipermarket dan pembangunan suatu daerah membuat ada beberapa pasar yang hilang atau paling tidak mengubah wajah pasar itu sendiri. Pasar Kebayoran Lama yang asli sudah lama hilang karena sudah jadi jalan arteri keb.lama., pasar tradisional blok m sudah jadi mall, pasar blok s... Pasar Mayestik juga sudah berubah sekali, karena sebagian besar sudah jadi toko tekstil.
Kalau mau melihat pasar tradisional yang asli, lihatlah pasar Angso Duo di Jambi, pasar 16 ilir dan pasar Cinde di Palembang, pasar Sambas, Pajak Sore Padang Bulan, Pasar Baru Belakang di Medan, pasar Atas di Bukit Tinggi, dll. Saya sangat menyayangkan dept pariwisata dan pemda tidak bekerjasama untuk mengembangkan pasar-pasar tradisional tsb menjadi obyek wisata. Indonesia seharusnya mencontoh pemerintah Thailand yang berhasil mengemas pasar tradisonalnya menjadi obyek pariwisata, misalnya pasar di CHAO PRAYA, CHATUCAK, pasar mengapung THALINGCAN, DAMNOEN SADUAK. Padahal saya lihat sendiri, pasar-pasar tradisional di Indonesia tidak kalah menarik dari pasar-pasar di Thailand, barang dagangannya puntidak jauh berbeda. Pasar-pasar di Thailand juga tidak lebih bersih dari pasar di Padang, Payakumbuh dan Bukittinggi ( yang menurut saya pasar paling bersih di Indonesia ).
Sebagai pasar tradisional, menurut saya pasar di Bukittinggi dan Payakumbuh bersih sekali. Karena daerah dingin dan sentra penghasil dan penjualan sayur-sayuran terbesar di propinsi Sumatera Barat, sayur-sayuran yang dijual disana sangat segar dan murah. Wortel, kembang kol, daun bawang, seledri, brokoli dan sawi dari padang luar adalah kualitas terbaik di Indonesia.
Pasar di Curup, Bengkulu juga menarik untuk dilihat. Pasar di pusat kota buka setiap hari, namun pasar di Curup Atas buka sekali seminggu. Yang menarik dari pasar ini, karena penjualnya adalah para petani sendiri, sehingga sangat segar dan sangat murah. Interaksi penduduk di pasar ini juga sangat menarik untuk dilihat. Daerah Curup Atas menghasilkan selada air terbaik di Indonesia. Tanaman ini hanya hidup di aliran air yang sangat bersih dan jernih ( hanya terdapat di gunung Kabah, Bengkulu, gunung kerinci, Jambi, Berastagi, Sumut ), dan setelah tanaman yang harum sekali ini jika diambil dari air umurnya juga sangat pendek. Di Curup juga saya baru tahu ada tanaman Baung, sejenis Jengkol, lebih kecil dari Jengkol dan bewarna ungu tua.. katanya yang doyan lebih enak namun baunya lebih menyengat dari Jengkol.
Pasar Angso Duo di Jambi yang berada di tepi sungai Batanghari menjual kunyit, ikan patin dan ikan mas terbaik di Indonesia. Kunyit asal Jambi disebut orang, Kunyit Kumpei, ukurannya lebih besar dari kunyit biasa, berwarna orange terang dan katanya untuk makanan lebih enak. Ikan patin yang dijual di sini sangat segar dan tersedia dengan segala ukuran. Ikan Mas jambi katanya juga paling enak, karena tidak ada bau lumpurnya sama sekali. Di Jambi saya juga melihat orang menjual tanaman pakis hutan untuk di makan, katanya sih ditumis enak sekali, cuma harus bisa mengolahnya, karena tanaman ini sangat bergetah.
Pasar-pasar di Jawa juga masih menarik untuk dilihat. Saya sangat menyayangkan pasar turi di Surabaya yang terbakar. Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Jati Ngaleh di Semarang, Pasar Induk Caringin, Bandung,Pasar Beringharjo di Jogjakarta,dll. juga menarik untuk dilihat dan dijadikan alternatif untuk berjalan-jalan.
Pasar di Menado juga tidak kalah menarik, karena apa yang dijual sedikit berbeda dari pasar-pasar di Jawa dan Sumatera. Mungkin disebabkan kebiasaan makan mereka yang juga sedikit berbeda. Pasar Bersehati dan Pasar Pinasungkulan Karombasan menjual daging tikus untuk dimakan, anak tikus untuk kesehatan, kelelawar, anjing, musang dll...sangat menarik untuk dilihat.
Pasar Lama, Batu Merah, Mardika, Pasar Kaget Batu Meja, di Ambon juga menarik untuk dijelajahi.Kalau di Ambon, saya senang melihat ikan-ikan yang dipajang di pasar. Ada berbagai macam jenis yang saya tidak pernah lihat dan makan. Saya pernah melihat orang menjual daging ikan hiu dan daging lumba-lumba di Ambon.... hihhhhhhhhhh
Banyak sekali pasar di Indonesia yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu di artikel ini. Percaya deh... asyik juga kok... jalan-jalan ke pasar tradisional di Indonesia.....
I love Indonesia
2 komentar:
Bener.. pasar di indonesia asik juga koq. Di bandung dekat rumah kakek ada Pasar Cihapit. Pasar itu bersih, pedagangnya ramah khas Sunda, dan banyak kue jajan pasar khas Jawa Barat yang yummy, ada gurilem yang pedaaaas favorit saya. Tempatnya rada tersembunyi di belakang kios-kios lama yang sedikit bernuansa kota tua..
Sayang makin ke sini pasar itu makin berkurang suasana Sundanya.. makin banyak barang buatan Cinanya.. padahal dulu banyak perabot dapur dari rotan, bambu dan ulekan batu hitam besar yang khas..
Tapi masih asyik koq jalan-jalan ke sini. Ga kalah asik dibanding dengan jalan ke FO :-).
Hallo mbak ,
Kita juga lebih senang belanja di pasar lokal dengan alasan lebih murah , dan bisa secara langsung membantu ekonomi pedagang kecil di pasar tradisional .
Salam kenal
wahid
http://kambingonline.net
Posting Komentar