Masa kecil saya, sepanjang ingatan saya, orang tua saya pelit sekali membelikan mainan, tapi kalau buku, mereka selalu membelikan buku apa saja yang saya minta. Kami sekeluarga punya ritual pergi ke toko buku setiap hari minggu dan di hari terima rapor kami boleh membeli buku cerita sepuasnya di toko buku sejuta umat waktu itu Gramedia. Bacaan favorit saya sama seperti anak-anak di tahun 80an lainnya :
- Lima Sekawan
- Sapta Siaga
- Laura Ingals Wilder
- Hardy Boys
- Nancy Drews
- Marjorie
- Pipi Si Kaos Panjang
- Tintin
- Komik Nina
Sejujurnya, sampai sekarang belum ada pengarang-pengarang muda sekarang yang bisa mengalahkan pengarang-pengarang senior Indonesia era 20an s/d 60an. Cerita-cerita yang ada sekarang cenderung dipaksakan dan tidak konstektual, mau buat pulp fiction tapi malah dipaksakan sehingga judulnya saja nyeleneh, bobotnya payah sekali. Setelah SMA masuk A4 bacaan saya jadi sedikit serius dan saya diajar untuk jadi kritikal terhadap sebuah buku atau tulisan sampai sekarang....
- Salah Asuhan
- Siti Nurbaya
- Tenggelamnya Kapal Van der Wijk
- Robohnya Surau Kami
- Semua Karya Pramudya Ananta Toer
Oleh karena itu saya berkembang menjadi seorang kutu buku yang gaul.... hahahaa.... dan toko buku menjadi salah satu tempat main saya sampai sekarang. Toko buku di zaman sekarang berbeda sekali dengan yang ada di zaman saya dulu.
Memang dulu pilihan sangat terbatas tidak lebih dari sepuluh jari (toko buku Balai Pustaka di Jl. Balai Pustaka untuk buku pelajaran , toko buku Indira di Menteng tempat membeli komik Tintin, toko buku Pradnya Paramita di Mayestik untuk buku sastra, toko buku Tropen di pasar Baru dan Gramedia ) apalagi untuk buku-buku import, tapi toko buku di Jakarta sekarang kadang benar-benar membuat saya dongkol... Coba bayangkan, di sebuat toko buku lokal yang sangat megah di Jakarta dan juga beberapa kota lainnya, toko tersebut menjual baju,celana, gelang dan jepit rambut.... kenapa tidak sekalian saja jual beha dan celana dalam lalu buka departemen store... jangan toko buku donk namanya....
Sekarang banyak sekali toko buku lokal atau franchise asing yang asik banget dan mereka saling bersaing untuk melengkapi buku dan membuat suasana membaca nyaman, sehingga saya makin betah di toko buku. Favorit saya sekarang adalah toko buku Aksara di Kemang. Saya selalu beli beberapa buku di sana lalu naik ke atas, Casa Cafe yang sofanya super empuk dan ambiencenya nyaman sekali dan saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di sana membaca sambil makan dari appetizer sampai dessert.
Jika ada kesempatan berpegian ke luar negeri, saya selalu menyediakan waktu mengunjungi toko buku setempat, terutama jika lagi di negara-negara berbahasa Perancis dan Jerman, karena saya sedikit bisa berbahasa bahasa tersebut dan haus akan buku-buku bahasa tersebut yang amat sulit di dapat di Jakarta.
Toko buku paling favorit saya ada di NYC, USA Barnes and Nobles....terutama bagian buku bekasnya.. ( kasian deh saya... ). Di USA ada kebiasaan di mana mahasiswa dapat menjual kembali buku-buku diktat ditempat membeli buku tersebut dengan harga yang lumayan. Jadi di bagian buku bekasnya masih banyak sekali buku-buku bekas yang tergokong sangat baik kondisinya. Jika pulang dari luar negeri, terutama jika perginya dengan papa saya, pasti overweight saya berpuluh-puluh kilo karena buku buku tersebut.
Toko buku favorit saya di Jerman adalah Lehmanns Buchhandlung di Hamburg.... Asik sekali... mau baca sambil jongkok, tiduran, selonjoran tidak ada yang protes... Di Paris ada Brentano yang sudah sangat tua tapi pilihannya benar-benar tidak ada limitnya. Di Zurich ada Orrel Fuessli yang asik banget untuk baca berjam-jam.... dan kesayangan nenek saya di Amsterdam, Schelltema yang juga jual album perangko dan album foto yang keren-keren banget...tapi berat nya itu loh ga tahan..... Di London Ada toko buku Borders yang koleksinya paling lengkap sedunia ( saya menemukan buku-buku Pramudya Ananta Toer di sana ) dan Magma yang menjual alat-alat tulis dan buku harian dan buku catatan yang sangat keren sehingga menulisnya pun kita tidak tega...Jangan sampai tidak kesana kalau ke London yah....Kalau lagi kelebihan waktu, tidak tahu lagi mau kemana di Singapura, saya paling suka ke Times Books Store sampai pegel berdirinya... baru pulang... hahahaaaa....
Tips memilih Toko Buku Yang Bagus
- Fokus menjual buku, terutama buku yang bermutu, bukan menjual barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan buku dan alat-alat tulis.
- Tidak memplastikan semua bukunya, sehingga tidak ada yang bisa dilihat sebelum membeli.
- Tidak melarang membaca buku yang dijual di dalam toko secara vulgar, karena apapun alasannya pembeli berhak memilih sebelum membeli.
- Menyediakan kursi untuk membaca sama sekali.
- Penyusunan buku yang teratur berdasarkan kategori jenis buku, bukan dicampur aduk.
- Ada Customer service yang mengerti benar ketersediaan stok buku-buku yang dijual, bukan yang mejeng saja. Atau ada komputer katalog buku dan ketersediaannya.
- Menyediakan secara khusus sudut untuk anak-anak membaca dan memilih sendiri bukunya. Anak anak harus dibina dari kecil untuk mencintai membaca dan toko buku wajib memfasilitasi.
Ok... selamat menikmati waktu di toko buku...
Cheers
Belanja Sampai Mati
3 komentar:
wow, pengalaman kita persis sama, buku2 itu masih saya simpan sampai sekarang. Masih ingat si badung, dan Malory towers...?
Hai mbak Amelia.. salam kenal..senang sekali baca postingan ini, seorang kutu buku yang fashionable dam aware dgn perkembangan toko buku.
~Otty
Daunjeruk.net
Toko buku serius sekarang jd icon segmen sosial ekonomi n intelektualitas tersendiri. Persis seperti bike to work yg mengubah sepeda dari transportasi rakyat jadi ajang networking n pamer lifestyle orang2 berduit. Tahu toko buku setia kawan gak, mbak? Adanya dl di jl jiung bendungan jago. Tidak ada kategorisasi yg baik di sana, yg punya/jaga mungkin dl cuma hapal buku teks sd-sma terbitan balai pustaka, tidak ada kursi apalagi sudut membaca karena kiosnya kecil, Sekarang katanya pindah ke sumur batu dan mungkin sudah ikut jualan pulsa dan stiker motor bebek.
Posting Komentar