Minggu, Maret 01, 2009

JADI CALEG

Akhir akhir ini banyak banget teman teman dan saudara aku yang berjuang agar terpilih ( atau untuk kedua atau kesekian kalinya) sebagai anggota DPR RI, DPRD I dan DPRD II. Dari yang serius berjuang sampai titik darah penghabisan, sampai yang cuma sekadar penggembira dengan modal dengkul. Tapi seperti apapun usaha mereka,salut saya untuk mereka( terlepas dari ada atau tidaknya niat baik mereka jika nanti terpilih ).

Saya jadi teringat kisah lima tahun yang lalu ketika saya jadi caleg DPR RI partai PIB ( partain indonesia baru ) untuk DAPIL SUMUT 1. Sebenarnya secara fisik,mental dan finansial waktu itu,saya belum siap, tapi karena di dorong oleh My Dad yang bersahabat erat dengan Alm.Sjahrir, akhirnya mau juga saya ikut berperan serta bantu bantu di partai itu. Kata My Dad, tidak akan ada ruginya belajar. Jika suatu saat mau diseriusin, kamu sudah tahu apa yang kamu mau perbuat dan bagaimana caranya. Akhirnya selama sekitar 6 bulan saya bolak balik setiap minggu ke Medan sama Nanda Hasibuan dan Opung Gustav Panjaitan.

Dapil 1 waktu itu meliputi pemkot Medan, kabupaten Deli Serdang dan kabupaten Serdang Bedagai. Dan benar kata My Dad...banyak yang saya pelajari dari sini. Saya sudah keliling ke semua kecamatan yang ada di sana, dan tidak ada satupun pengalaman buruk selama keliling dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya. Penduduk disana sangat baik dan tulus jika kita datang dengan tangan terbuka. Saya paling sering dioleh olehin makanan dan kue kue khas daerah sana jika pulang. Saya paling senang kalau ke daerah pemukiman nelayan. Penduduknya biasanya sangat ramah dan sangat mudah untuk dikumpulkan. Beda dengan masyarakat yang sudah tinggal di perkotaan.Ngumpulin 50 orang saja kalau enggak diiming imingin uang kayaknya susah banget.

Bukan rahasia umum jika ingin nyaleg, harus siap dana yang tidak sedikit. Banyak banget pengeluaran yang bakal keluar, baik di rencanakan maupun tidak.Semuanya serba money oriented. Setiap turun ke lapangan, duit harus tebal. Bagi bagi kaos, sarung, obat, beras, sembako , cetak atribut, biaya kopi, rokok dan makanan dalam setiap rapat dan pertemuan dengan konstituen di daerah adalah suatu standard banget, tapi itupun bisa habis ratusan juta rupiah. Jadi bullshit deh kalau modal dengkul aja bisa kepilih. Tetap harus ada biaya yang dikeluarkan. Saya pernah hitung kasar, untuk biaya kampanye DPR RI,setidaknya dibutuhkan dana bisa 2 milyar rupiah atau bahkan lebih sekarang ( kata teman saya yang sedang berlaga ).

Saking asiknya keliling semasa sebelum dan sesudah kampanye, saya kecapaian , jatuh sakit dan masuk rumah sakit selama hampir dua minggu. Hasil pemeriksaan saya terkena malaria dan tiphus akut. Tapi saya senang sekali walaupun pada saat itu tahu di atas kertas pasti kalah.. Dan memang akhirnya kalah. Tapi begitu banyak hal yang bisa dipelajari.

Sekarang saya tidak ikutan nyaleg lagi,karena saya ingin berkonsentrasi dan ingin eksis jadi penulis. Tapi saya tidak bisa melupakan pengalaman ini. Mungkin suatu hari nanti, jika saya sudah sangat dikenal publik, mungkin mau juga saya tergerak untuk ikut dalam pertarungan lagi.

Untuk teman teman yang ikut nyaleg, selamat berjuang ya. Kalau sudah duduk, jangan lupa berdiri......

xxx

Amelia Masniari

3 komentar:

Anonim mengatakan...

jadi caleg nya setelah pemerintahan, partai politik dan politisi lebih bagus aja bu...sekarnag sdg carut marut :D

mucha mucha mengatakan...

kebayang capenya...
panas2annya ga ditulis juga bu amel?

Monic mengatakan...

hehehehehe.... berhububg rumah saya di desa, sekarang banyak caleg luar kota yang nitip kalender ato kaos di rumah saya. saya siy mongo-monggo saja :)